Beberapa
tahun lalu pemerintah Indonesia membentuk lembaga yang dinamain LEN
(Lembaga Elektronika Nasional). Dalam waktu yang sama swasta Korea
membesarkan apa yang bernama Samsung. Kemudian
LEN hanya mengerjakan project besar yang bisa menghasilkan untung dan
membayar karyawan yang berpendidikan tinggi. Sementara Samsung
mengembangkan produk elektronik yang dipakai khayalak ramai . Kemudian Feb 1988 Chun Doo-Hwan President
Korea mengisaratkan bahwa Korea harus focus kepada industry elektronik
dari bidang mana mereka akan memicu ketinggalannya dengan Jepang yang
memilih otomotif dan pesawat udara sekitar perang dunia ke-2. Pemerintah
memberi dukungan penuh ke industry elektronik.
Alhasil seperti yang kita lihat sekarang, karena kemajuannya Korea yang tahun 70-an di bawah Presiden Park Chung-Hee masih banyak orang mabuk di jalanan karena kemiskinan, sekarang menjadi Negara maju dan bisa mengekspor budayanya ke negara2 luar misalnya ke dunia kesenian dg boy/girl-bandnya. Pengaruhnya kita rasakan di TV-TV nasional kita.
Pati
juga harus focus, seperti halnya korea kalau mau maju. Ini tantangan
berat karena wilayah Pati terlalu sempit jika dilewati kendaraan bus
dari Kudus sampai Rembang. Artinya kota ini gampang dilupakan oleh para
pejalan maupun investor. Untuk itu perlu melihat beberapa kelebihan atau
yang bisa dibuat sebagai kelebihan seperti halnya elektronik bagai
Korea.
1) Pariwisata:
Kota
ini punya sungai Juana, jadi ada kesempatan untuk menggaet swasta
mengembangkan wisata air. Studi kelayakannya? Biar jurusan planologi
undip yang mengerjakannya..
Beberapa
hal seperti wisata sejarah maupun religi sangat mungkin dikembangkan.
Tapi keterlibatan pihak swasta tentu menunggu bola yang digelindingkan
pemerintah daerah.
2) Koperasi:
kita lihat dulu ke China daratan, koperasi disana mengumpulkan hasil
panen dan mempertahankan harga serta menjualnya. Artinya mereka
melakukan sesuatu yang lebih rumit dari koperasi di Pati/indonesia
umumnya, yang mendapat untung dari menaikkan harga pupuk bersubsidi dan
menjualnya ke petani. Segala sesuatu harus berorientasi pada penjualan
dan Bupati adalah kepala penjualan produk rakyat. Produk rakyat pati
terutama adalah mina (ikan) dan pertanian. Tapi
bagaimana mereka hanya membuat kios2 kecil yang bernama Pujasera yang
akhirnya jadi ruang kosong? Seperti kuliner yang dipaksakan?
3) Olah raga
Bidang
ini juga bisa mengenalakan Pati pada dunia luar, kenapa kalah sama
Jepara yang sudah punya team sepakbola solid dan pemainnya sudah dipakai
di Sea Game? Bagaimana regenerasi Ribut Waidi –cah Trangkil Pati yang
dulu jadi pemain nasional? Mengenalkan Pati tidak hanya dengan olah
raga. Tetapi juga kesenian dan kebudayaan. Ataukah orang Pati
lebih-maaf-loyo dalam bermain bola?
4) Kesenian dan kebudayaan.
Siapa
yang tahu kalao di Juana sejak kita lahir sampai sekarang ada lembaga
yang namanya Taman kebudayaan di bawah ex-Kawedanan Juana? Yang
mengajari anak2 seni tari dan kesenian lainnya? Kondisinya mereka punya
tempat yang hampir rubuh tanpa dirawat. Bagaimana kalao diadakan lomba /
seminar kesenian/kebudayaan tingkat nasional dan Pati menunjukkan
dirinya sebagai kota berbudaya tinggi?
Semua
aktifitas itu akan membawa pelancong domestik tau bahkan asing akan
belanja kuliner/ kerajinan rakyat/ hotel dsb di kabupaten Pati. Ekonomi
kerakyatan akan tumbuh. Tanpa teori ekonomi yang muluk2.
5) Kerajinan rakyat
Beberapa
kerajinan rakyat yang bisa diangkat sebagai produk Pati diantaranya
batik Bakaran-Juana (kekhasan batik ini bisa diuraikan sampai panjang
melibatkan ahli batik), atau kerajinan kuningan atau kerajinan lain yang
bisa ditumbuhkan.
Ini semua bisa dikembangkan kecuali jika pemda sibuk dengan urusan lain yang tidak perlu.
Oleh ir. Harmanto Sobawi, MBA
Alumni A1/1-1987 Sma Negeri Pati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar