SMA N 1 Pati
dalam Puisi
Kesan dan cerita
perjalanan belajar di SMA Negeri Pati , melahirkan banyak sajak yang diilhami
kisah selama menjadi murid SMA N (1) Pati.
Sewaktu baru
masuk ada seorang guru yang menasehati kita semua untuk menggantungkan cita2 setinggi
langit. Tapi ntar dulu : menggantungkan ? Apakah itu berarti
‘mimpi’ dalam dunia sastra ? Aku lebih suka nasehat yang realistis ,
bukan pesimis loh … jadi kuterjemahkan nasehat bapak guru itu sedikit lebih
panjang sbb :
Cita, asa dan harapan
Seperti menabur sajak di
halaman
Dan berharap tumbuhnya melati
Tapi bisa saja yang tumbuh itu
mawar, melati atau pohon kenari
Karena sajak tidak harus
berarti melati
Ini ketika aku kalah lomba sastra bahasa Jawa
tingkat kabupaten Pati, setelah baru saja penjurusan. Pemenang utamanya adalah
kawan kita seangkatan dari A4 (Aku pengin ‘menjitak’ dia nanti kalau ketemu).
Aku pemenang ke-tiga, lumayan untuk seorang yang baru masuk A1. Pemenang ke-2nya anak SPG, tapi aku bener-bener
nggak kenal.
Aku bukan penulis sajak
Aku hanya penjaring kata yang lewat
Untuk kujadikan nasehat
Untuk jadi doa nurbuat
Walaupun dari semua kata yang kudapat
Sebagian kurakit jadi cerita
Sebagian jadi kisah untuk dilupakan
Aku
hanya penjaring kata yang lewat
Untuk kujadikan mantera
Dan sebagian jadi obat kuat
Ah, yang ini memang cerita lama: cinta dan rindu. Bukankan
keduanya telah banyak melahirkan sastrawan dadakan? Ada berpuluh puisi soal ini
tapi mungkin nggak cukup ditulis di web ini. Ini sebagian yang kuingat:
Rindu III
Tak akan kutitip rinduku pada dingin malam,
bulir hujan
Atau bahkan pada pelangi
Hanya akan kutitip rinduku
Pada namamu
Yang kusebut
Menjelang malam merajut mimpi
Tiga tahun belajar ternyata waktu yang cepat berlalu. Sebenarnya ini puisi
selamat tinggal waktu keluar dari SMA N 1 Pati tahun 1987 med. Cumannya belum
pernah dipublikasikan.
Engkaulah pohon
itu
Untuk SMAN-1 Pati
Aku hanyalah butir air yang mengkristal dari awan
kemudian jatuh ke dahanmu
Meresap..
Menjadikanku tiada
Tapi jejakku mengukir doa:
Ketiadaanku semoga membesarkanmu.
Selamat bernostalgia. Bahagia selalu
Harmanto A1/1
Aku tak berpuisi lagi
BalasHapusAku datang kawan,
meski tak berbekal puisi
Sebab puisi tak lagi mampu menampung rinduku bersamamu
berpuisi lagi
Jejakku di kota ini sudah tak bersisa
Aku tak kenal kota ini
--Pati telah mati--
Aku datang kawan,
meski tak berbekal puisi
pematang sawah yang membentang di belakang sekolah kita
tak kutahu ada di mana
Namun akan kucari...
selokan di belakang sekolah kita
yang kulewati setiap pagi
Perlu diberitakan dalam Majalah Derap Pelajar:
Sejumlah siswa SMA Negeri Pati, mengendap-endap di malam hari
membuang batu dan mencabuti dahan-dahan penghalang di sebuah selokan
tempat mereka menyusup esok pagi
Karena pintu selalu terkunci, sementara sarapan mereka hanya nasi
tak cukup jauh untuk jalan kaki
Aku datang kawan,
meski tak berbekal puisi
--puisiku ada di sini--
Pati sedang bangkit kawan.
BalasHapus