Senin, 28 November 2011

MENGEMBANGKAN PATI SEBAGAI PUSAT EKONOMI & BUDAYA


Beberapa tahun lalu pemerintah Indonesia membentuk lembaga yang dinamain LEN (Lembaga Elektronika Nasional). Dalam waktu yang sama swasta Korea membesarkan apa yang bernama Samsung.  Kemudian LEN hanya mengerjakan project besar yang bisa menghasilkan untung dan membayar karyawan yang berpendidikan tinggi. Sementara Samsung mengembangkan produk elektronik yang dipakai  khayalak ramai . Kemudian Feb 1988 Chun Doo-Hwan President Korea mengisaratkan bahwa Korea harus focus kepada industry elektronik dari bidang mana mereka akan memicu ketinggalannya dengan Jepang yang memilih otomotif dan pesawat udara sekitar perang dunia ke-2. Pemerintah memberi dukungan penuh ke industry elektronik.

Alhasil seperti yang kita lihat sekarang, karena kemajuannya Korea yang tahun 70-an di bawah Presiden Park Chung-Hee masih banyak orang mabuk di jalanan karena kemiskinan, sekarang menjadi Negara maju dan bisa mengekspor budayanya ke negara2 luar misalnya ke dunia kesenian dg boy/girl-bandnya. Pengaruhnya kita rasakan di TV-TV nasional kita.
Pati juga harus focus, seperti halnya korea kalau mau maju. Ini tantangan berat karena wilayah Pati terlalu sempit jika dilewati kendaraan bus dari Kudus sampai Rembang. Artinya kota ini gampang dilupakan oleh para pejalan maupun investor. Untuk itu perlu melihat beberapa kelebihan atau yang bisa dibuat sebagai kelebihan seperti halnya elektronik bagai Korea.
1)      Pariwisata:
Kota ini punya sungai Juana, jadi ada kesempatan untuk menggaet swasta mengembangkan wisata air. Studi kelayakannya? Biar jurusan planologi undip yang mengerjakannya..
Beberapa hal seperti wisata sejarah maupun religi sangat mungkin dikembangkan. Tapi keterlibatan pihak swasta tentu menunggu bola yang digelindingkan pemerintah daerah.
2)      Koperasi: kita lihat dulu ke China daratan, koperasi disana mengumpulkan hasil panen dan mempertahankan harga serta menjualnya. Artinya mereka melakukan sesuatu yang lebih rumit dari koperasi di Pati/indonesia umumnya, yang mendapat untung dari menaikkan harga pupuk bersubsidi dan menjualnya ke petani. Segala sesuatu harus berorientasi pada penjualan dan Bupati adalah kepala penjualan produk rakyat. Produk rakyat pati terutama adalah mina (ikan) dan pertanian. Tapi bagaimana mereka hanya membuat kios2 kecil yang bernama Pujasera yang akhirnya jadi ruang kosong? Seperti kuliner yang dipaksakan?
3)      Olah raga
Bidang ini juga bisa mengenalakan Pati pada dunia luar, kenapa kalah sama Jepara yang sudah punya team sepakbola solid dan pemainnya sudah dipakai di Sea Game? Bagaimana regenerasi Ribut Waidi –cah Trangkil Pati yang dulu jadi pemain nasional? Mengenalkan Pati tidak hanya dengan olah raga. Tetapi juga kesenian dan kebudayaan. Ataukah orang Pati lebih-maaf-loyo dalam bermain bola?
4)      Kesenian dan kebudayaan.
Siapa yang tahu kalao di Juana sejak kita lahir sampai sekarang ada lembaga yang namanya Taman kebudayaan di bawah ex-Kawedanan Juana? Yang mengajari anak2 seni tari dan kesenian lainnya? Kondisinya mereka punya tempat yang hampir rubuh tanpa dirawat. Bagaimana kalao diadakan lomba / seminar kesenian/kebudayaan tingkat nasional dan Pati menunjukkan dirinya sebagai kota berbudaya tinggi?
Semua aktifitas itu akan membawa pelancong domestik tau bahkan asing akan belanja kuliner/ kerajinan rakyat/ hotel dsb di kabupaten Pati. Ekonomi kerakyatan akan tumbuh. Tanpa teori ekonomi yang muluk2.
5)      Kerajinan rakyat
Beberapa kerajinan rakyat yang bisa diangkat sebagai produk Pati diantaranya batik Bakaran-Juana (kekhasan batik ini bisa diuraikan sampai panjang melibatkan ahli batik), atau kerajinan kuningan atau kerajinan lain yang bisa ditumbuhkan.
Ini semua bisa dikembangkan kecuali jika pemda sibuk dengan urusan lain yang tidak perlu.
Oleh ir. Harmanto Sobawi, MBA
Alumni A1/1-1987 Sma Negeri Pati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar