Rabu, 07 Desember 2011

Kisah sepotong kue

Pada suatu malam, seorang wanita sedang menunggu di bandara. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk mengisi waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di salah satu toko di Bandara. Setelah itu, dia mencari tempat untuk duduk. Sambil duduk, wanita itu membaca buku yang baru saja dibelinya.
Dalam keasyikannya, ia melihat seorang lelaki di sebelahnya berani mengambil satu atau dua kue yang berada di antara mereka.

Wanita tersebut berusaha membiarkan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan sambil melihat jam. Sementara si Pencuri Kue yang pemberani dengan tenang menghabiskan persediaan kuenya. Wanita tersebut semakin kesal, sementara itu menit demi menit terus berlalu.
Wanita itupun sempat berfikir : ” Kalau aku bukan orang baik sudah kutonjok dia !”. Setiap ia mengambil satu kue, si Lelaki juga mengambil satu. Ketika hanya tersisa satu kue, ia menduga duga apa yang akan dilakukan si lelaki itu.
Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, Si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan setengah kuenya sambil menghabiskan yang setengahya lagi. Si Wanita pun merebut setengah kue itu dan berfikir : ” Ya ampun orang ini berani sekali tanpa merasa bersalah bahkan tidak kelihatan berterima kasih ”. Belum pernah rasanya ia begitu kesal.
Ia menghela nafas lega saat jadwal penerbangannya diumumkan. Ia mengumpulkan semua barang miliknya dan menuju pintu gerbang tanpa menoleh pada si ” Pencuri tak tahu terima kasih ”. Ia langsung naik pesawat dan duduk di kursi dan mencari bukunya yang hampir selesai dibaca. Saat merogoh tas, ia menahan nafas dan kaget. Di situ ada sekantong kuenya, di depan matanya !!! Koq milikku ada di sini sambil menyesal. Jadi kue tadi bukan milikku tetapi milik lelaki itu dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih.
Ternyata akulah yang kasar, tak tahu terima kasih. Dan akulah pencuri kue itu !
Dalam kehidupan sehari hari, kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi.
Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.Dan selalu menganggap :
  • Orang lainlah yang selalu salah
    Orang lainlah yang patut disingkirkan
    Orang lainlah yang tak tahu diri
    Orang lainlah yang berdosa
    Orang lainlah yang selalu bikin masalah
    Orang lainlah yang pantas diberi pelajaran.
Padahal
  • Kita sendiri yang mencuri kue tadi
    Kita sendiri yang tidak tahu terima kasih.
Kita sering mempengaruhi, mengomentari , mencemooh pendapat, penilaian atau gagasan orang lain . Sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar