Sabtu, 02 Juni 2012

Pati Sebuah Nama yang Lahir dari Dawet


Setelah memenangi pertempuran yang sejarah mencatatnya sebagai ” Brubuh Mojosemi “, dan menyatukan kadipaten Carang soko dan Parang Garuda serta panewon Mojo Semi, Kembang Joyo akhirnya memilih membuka hutan Kemiri untuk pusat pemerintahannya (untuk cerita babad pati lengkap, lain kali boleh berbagi lagi)
Konon ketika membuka hutan Kemiri ini, bertemu dia dengan seorang pemikul gentong.
” Berhenti kisanak, kisanak jelas bukan orang kami “
” Namaku ki Sagola, saya orang merdeka tak terikat oleh wilayah “
” Atau kisanak telik sandi musuh kami “
” Orang merdeka tak bermusuh “
” Kenapa kisanak ada disini “
” Aku penjual minuman, pemberi minum pada sesama yang membutuhkan “
” Kalau begitu buatkan kami minumanmu, bagaimana kami tahu bahwa ini tak beracun”
” Saya akan meminumnya sebelum kisanak “
Singkat kata semua menenggak minuman ki Sagola, tak mati, bahkan tenaga mereka seolah berlipat pohon demi pohon, gerumbul demi gerumbul, berkat minuman ki sagola ?
” Ah kisanak, maafkan kami, jamu kisanak telah membantu kami “
” Bukan ki, minumanku bukan jamu, dibuat dari PATI aren yang di beri SANTEN, saya menyebutnya dawet, kalaupun mermanfaat itu karena saya membuatnya dengan iklas untuk sesama “
Karena terinspirasi dari minuman itu, maka kelak ketika pusat pemerintahan itu menjadi ibukota, Ki Kembang Joyo menamakan wilayahnya kadipaten PATI PESANTENAN.
Kisanak, sekali lagi,sebetulnya saya hanya ingin berbagi pesan bahwa yang ” besar ” itu biasa terinspirasi dari sesuatu yang sederhana, masih ingat dialog Sukarno dengan petani Marhaen, yg kemudian menjadi ajaran Marhaenisme yang dikagumi banyak orang itu ? Dia juga petani kecil seperti ki Sagola, orang-orang kecil yang merdeka.

Link

Tidak ada komentar:

Posting Komentar