Sabtu, 14 Desember 2013

The Power of “Kepepet”



Mikrajuddin Abdullah
Saya mendapat email dari mahasiswa berikut ini. Tidak ada salahnya saya posting di sini.
---
Assalammualaikum wr.wb
Pak, saya salah satu mahasiswa bapak,saya ingin bertanya pak tapi bukan seputaran fisika.
Kenapa ya pak saya merasa the power of kepepet tu bener2 terasa sama saya.. hehe. Padahal kalau ada tugas sll saya cicil dari jauh-jauh hari, tapi saya merasa otak saya ni tidak bekerja maksimal, semaksimal kalau tugas itu akan dikumpulkan.
Apakah bapak ada saran untuk saya? Apa yg kira-kira harus saya lakukan atau saya perbaiki agar otak saya bisa bekerja maksimal?
Terimakasih pak atas waktu dan kesediaan untuk menjawab pertanyaan ini.
Salam hormat,
--
Ini istilah baru bagi saya: The Power of “Kepepet” (Kekuatan dalam Keadaan Kepepet). Mungkin banyak dari kita mengalami, bahkan sering mengalami keadaan ini. Mengerjakan tugas di waktu-waktu akhir dan umumnya berhasil. Istilah yang mirip bagi mahasiswa yaitu SKS (sistem kebut semalam) di mana belajar untuk menghadapi ujian baru dilakukan satu malam sebelum ujian. Jika ditanyakan kenapa hal itu dilakukan? Jawabannya, kalau belajar lebih awal akan lupa saat ujian (hilang di memori kepala).
Saya sendiri juga sering mengalami kondisi tersebut. Dan hasilnya sama juga, yaitu selesai walaupun dikerjakan dalam kondisi sedikit “tertekan” karena waktu yang sangat terbatas. Kalau dikerjakan lebih awal, sepertinya tidak ada “mood”.
Mengapa kondidi ini sering terjadi pada kita? Saya kira karena dalam hidup kita memiliki sejumlah keinginan/target yang akan dilakukan dan urutan prioritas target-target tersebut berubah terhadap waktu. Ketika batas waktu untuk mengumpulkan tugas masih lama maka tugas tersebut tidak berada di prioritas atas. Ketika waktu ujian masih lama maka belajar mata kuliah yang akan diujikan tidak berada di prioritas atas. Mengerjakan tugas akan menjadi prioritas pertama ketika batas waktu sudah mepet (biasanya satu atau dua hari menjelang batas). Hal yang sama berlaku untuk persiapan ujian. Dalam kondisi ini biasanya seluruh tenaga, pikiran, dan konsentrasi terfokus untuk menyelesaikan tugas tersebut sehingga umumnya tugas bisa selesai. Tetapi sering kita bekerja dalam kondidi tertekan. Sedikit saja ada masalah yang menghambat penyelesaikan tugas tersebut maka kita akan stress luar biasa.
Adakah kerugiannya kita memanfaatkan “The Power of Kepepet”? Saya jawab ada. Kalaupun kita berhasil mengerjakan tugas dalam kondisi kepepet maka tugas yang kita buat “SEKEDAR UNTUK MEMENUHI KEWAJIBAN”. Tugas yang kita buat ‘SEKEDAR TUGAS” yang tidak pantas dibaca orang lain. Kita juga tidak memahami ilmu yang terkandung dalam tugas tersebut. Dan tugas semacam ini biasanya dibuat dengan : teknik” Copy-Paste dari sejumlah sumber. Sangat sedikit atau hampir tidak ada hasil pemikiran dari kita sendiri.
Jika seorang mahasiswa mempraktekkan “The Power of Kepepet” (sistem kebut semalam) dalam menghadapi ujian dan berhasil lulus dengan nilai A saya yakin 100% bahwa dia dapat A bukan karena menguasai mata kuliah tersebut. Dia dapat A karena “KEBETULAN SOAL UJIAN YANG KELUAR SAMA atau MIRIP DENGAN SOAL YANG IA PELAJARI TADI MALAM”.
Kalau kita ingin membuat tugas yang luar biasa dan pantas dibaca orang maka perlu waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Jika kita ingin lulus mata kuliah dengan nilai tinggi dan kita benar-benar memahami mata kuliah tersebut maka belajar jauh di awal dan terus-menerus adalah keharusan. Membuat karya terbaik atau menjadi “master” di suatu bidang memerlukan usaha terus-menerus dalam waktu yang lama.
Film Toy Story 1 yang sukses luar biasa dibuat selama 20 tahun. Bandingkan dengan sinetron picisan (sampah) di sejumlah TV Indonesia yang dibuat hanya beberapa jam sebelum ditayangkan. China begitu merajai sejumlah cabang olah raga Olimpiade karena sejak anak mulai berdiri sudah dilatih untuk target olmpiade. Bandingkan dengan Indonesia yang hanya mengadakan Pelatnas (Pemusatan Latihan Nasional) beberapa bulan sebelum dikirim ke Olimpiade.
Dalam skala kecil saya pernah mengalami hal yang mirip. Walaupun saya telah menulis makalah ratusan buah, saat ini pun saya butuh waktu berbulan-bulan untuk merampungkan penulisan sebuah makalah. Karena memang menyelesaikan pekerjaan yang bagus butuh waktu yang lama. Tetapi kita tidak usah risau karena orang seluruh dunia juga mengalami hal yang sama. Saya menyelesaikan penulisan buku Fisika SMP dalam waktu 7 tahun. Saya menyelesaikan penulisan buku Fisika SMA dalam waktu 3 tahun lebih.
Kesimpulan saya adalah “The Power of Kekepet” memang ada tetapi karya yang kita hasilkan hanya karya asal-asalan sekedar untuk memenuhi kewajiban dan tidak patut dibaca orang. Kalau ingin menghasilkan karya terbaik maka tidak ada pilihan lain kecuali melakukan jauh-jauh sebelumnya dalam rentang waktu yang lama.
Mikrajuddin Abdullah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar